Filsafat Eksistensialisme Soren Aabye Kierkegaard



Pendahuluan
Filsafat dalam bahasa Inggris yaitu philosophy, adapun filsafat berasal dari bahasa Yunani. Philosophia yang terdiri atas dua kata: philos(cinta) atau philia (persahabatan tertarik kepada) dan sophia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi. Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.

Pada hakikatnya filsafat adalah pondasi dari berbagai ilmu yang ada, Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat. Gerak spesialisasi ilmu-ilmu itu semakin cepat pada abad modern, pertama ilmu-ilmu eksakta, lalu diikuti ilmu-ilmu sosial seperti: ekonomi, sosiologi, sejarah, psikologi, geografi, astronomi dan sebagainya.
           
Pada zaman modern sekarang ini filsafat berkembang lebih cepat,filsafat disusun lebih sistemais,dan semakin banyak aliran aliran filsafat yang seperti rasionalisme,empirisisme,idealisme,eksistensialisme dll,dari berbagai aliran filsafat itu ada aliran filsafat eksistensi yang dipelopori oleh Soren Aabye Kierkegaard ia juga disebut Bapak Eksistensialisme[1].disini penulis akan membahas tentang tokoh yang mempelopori aliran filsafat eksistensialisme yaitu Soreen Aabye Kierkegaard.
Latar belakang munculnya aliran filsafat eksisteansialisme adalah sebagai Sebagai Reaksi terhadap Materialisme dan Idealisme[2].dalam filsafat Kierkegaard merupakan sebuah reaksi terhadap dialektik Hegel. Kierkegaard sangat keberatan dikarenakan Hegel meremehkan eksistensi kongkret dengan pemikirannya yang justru mengutamakan ide yang bersifat umum

Pembahasan
A.     Biografi
Soren Aabye Kierkegaard, lahir di Kopenhagen, Denmark pada 5 Mei 1813 dan meninggal pada 11 Nopember 1855. Kierkegaard adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19. Kierkegaard dilahirkan dari sebuah kaya raya di Kopenhagen, ibukota Denmark. Anne Sorensdater Lund Kierkegaard, adalah wanita yang telah melahirkannya yang juga merupakan wanita yang sangat berpengaruh terhadap tulisan-tulisanya. Ayahnya bernama Michael Pedersen Kierkegaard yang dikenal sangat saleh. Kierkegaard memiliki hubungan yang sangat erat dengan ayahnya. Mereka sering memanfaatkan ranah imajinasinya untuk belajar melalui serangkaian latihan dan permainan.
Ayah Kierkegaard merasa dirinya telah dikutuk oleh Tuhan, ia percaya bahwa tak ada satupun anaknya yang berumur melebihi umur Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Hal ini dikarenakan ia mempercayai bahwa dosa-dosa pribadinya menyebabkan ia layak menerima hukuman itu.
Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1938 di usia 83 tahun. Sebelum meninggal ia berpesan kepada anaknya agar kelak menjadi pendeta. Kierkegaard sangat terpengaruh oleh pengalaman keagamaan ayahnya dan merasa terbebani untuk memenuhi permintaannya.Perkenalan dengan pemahaman tentang dosa pada masa mudanya, dan hubungannya antara ayah dan anak meletakkan dasar dari banyak karya Kierkegaard.
Kierkegaard masuk ke Sekolah Kebijakan Warga, ia memperoleh nilai yang sangat baik dalam bahasa latin dan sejarah. Ia melanjutkan studinya dalam bidang teologi di Universitas Kopenhagen. Disana ia semakin tertarik dengan filsafat dan literature. Di Universitas Kierkegaard menulis disertasinya, Tentang Konsep Ironi dengan Rujukan Terus-Menerus kepada Socrates, yang oleh panel universitas dianggap sebagai karya yang sangat penting dan dipikirkan dengan baik, namun agak terlalu berbunga-bunga dan bersifat sastrawi untuk menjadi sebuah tesis filsafat. Ia luluss pada 20 Oktober 1841 dengan gelar Magistri Atrium, yang kini setara dengan Ph. D. ia dapat membiayai pendidikannya, ongkos hidupnya, dan beberapa penerbitan karyanya dengan warisan dari keluarganya.
Pada tahun 1836,ia mengalami krisis keagamaan dan patokan-patokan moral.karena krisis ia sempat mempunyai niat untuk mengakhirinya hidupnya sendiri tapi setelahnya ayahya meninggal ia pun kembali sadar,dan ia mulai membangun kembali keagamaan dan moralnya yang pernah hancur itu.
Regina olsen adalah wanita yang dicintainya,ia jatuh cinta kepadanya semnjak wanita itu berusia 14 tahun dan seakan akan ia adalah contoh dari penerapan filsafatnya,pada saat ia berumur 27 tahun ia melamar wanita tersebut ketika itu Regina olsen berumur 18 tahun,pasangan ini diramalkan akan hidup bahagia dan tentram,keduanya pun mengharapkan itu,akan tetapi ketika pertunangan itu berjalan 11 bulan Soren berubah pendirian ia mengambil keputusan untuk mmutus pertunangannya,karena ia merasa tidak cocok untuk hidup berkeluarga karena ada hal hal yang harus disembunyikanya,sementara didalam berkeluarga tidak boleh ada yang disembunyikan pada pasangannya.
Sampai suatu hari Regine menikah dengan seorang pegawai negeri terkemuka, Johan Frederik Schlegel. Sempat terjadi pertemuan-pertemuan terbatas antara Kierkegaard dan Regine di jalan-jalan Kopenhagen. Dan bahkan Kierkegaard meminta izin suami Regine untuk berbicara dengan Regine, namun Schlegel menolaknya. Tak lama kemudian, Schlegel mengajak isrinya itu meninggalkan Denmark karena ia diangkat menjadi Gubernur di Hindia Barat.
Pada saat Regine kembali ke Kopenhagen, ternyata Kierkegaard telah tutup usia pada tanggal 11 November 1855 di copenhagen dalam usia 42 tahun. Regine hidup hingga 1904, pada saat kematiannya ia dikuburkan disamping Kierkegaard di pemakaman Assistens di Kopenhagen.
B.     Karya karyanya
Daftar Karya Søren Kierkegaard
1.      Konsep Ironi (Om Begrebet Ironi med stadigt Hensyn til Socrates)
2.      Ini/Itu (Enten - Eller)
3.      Takut dan Gentar (Frygt og Bæven)
4.      Repetisi (Gjentagelsen)
5.      Fragmen Filsafat (Philosophiske Smuler)
6.      Konsep tentang Kecemasan (Begrebet Angest)
7.      Tahap-tahap Jalan Kehidupan (Stadier paa Livets Vei)
8.      Menyimpulkan Catatan Penutup yang Tidak Ilmiah bagi Fragmen-fragmen Filsafat(Afsluttende uvidenskabelig Efterskrift)
9.      Wacana Membangun dalam Berbagai Roh (Opbyggelige Taler i forskjellig Aand)
10.  Karya Cinta Kasih (Kjerlighedens Gjerninger)
11.  Wacana Kristen (Christelige Taler)
12.  Nestapa Hingga Mati (Sygdommen til Døden)
13.  Praktik dalam Kekristenan (Indøvelse i Christendom)

C.     Pemikirannya

1.      Tentang agama yang dihayati
Menurut Soren Kierkegaard filsafat tidak merupakan suatu sistematis,tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual.[3] Pada masa hidupnya,ajaran hegel sangat terkenal dan populer pada saat itu,termasuk juga pada soren kierkegaard,ia banyak mempelajari tentang ajaran yang diajarkan Hegel.Bahkan ia juga mempelajari dampak-dampak bagi orang yang mempelajari pemikiran Hegel.[4]
Dari situ pula ia mengkritik pemikiran Hegel tentang manusia terhadap agamanya, menurut Hegel ada dorongan mental dalam kehidupan manusia yang dapat mengantarkanya dari seni menuju agama,lalu sampai pada filsafat.seni membuat tuhan dan kebenaran muncul dalam imajinai,sedangkan agama lebih tinggi dari seni karena agama menggambarkan tuhan dan kebenaran dalam lukisannya yang lebih sempurna,namu menurut Hegel agama hanya mengandung intelektualitas cerita,kisah atau hikayat.karena itu filsafat menyempurnakan lukisan pengetahuan yang telah dilukiskan agama.karena didlam filsafat ada ide ide dan konsep konsep yang jelas dan terang,konsekuensinya,menurut hegel “iman” hanya memuaskan kepada orang yang memiliki kecerdadsan sedang,sementara orang yang memiliki kecerdasan tinggi akan terpuaskan oleh filsafat.
Ajaran seperti itulah yang dibantah oleh Soren Aabye Kierkegaard ,menurutnya ajaran hegel akan merusak ajaran agama dan dapat merusak pemikiran yang benar tentanng agama.menurutnya didalam agama diajarkan bahwa “iman” diatas segala-galanya,iman melampaui akal,apa yang tidak dapat dijangkau oleh akal iman dapat memasukinya,terlebih lagi didalam ajaran agama ada ajaran agama yang tidak mungkin dijangkau oleh akal sperti tentang tuhan,malaikat,surga dan neraka.hanya keimananlah yang dapat menjangkau nya lewat firman-firman tuhan didalam kitab sucinya.
Apabila seseorang mengikuti ajaran Hegel dalam memahami agama,maka agama hanya sebagai objek pemikiran.[5]Agama hanya sebagai perilaku dan sebuah ritual yang berkembang dimasyarakat yang dapat dilihat dan jauh dari nilai-nilai untuk menghayati dan memperdalam ajaran terhadap agama.Agama hanya sebagai suatu adat bagi masyarakat yang mereka jalani sesuai kebiasaan turun menurun dari nenek moyangnya dan agama pun tidak akan berdampak bagi orang yang memeluknya karena ia tidak memperdalam ajaran agamanya.
Sehubungan dengan itu Kierkegaard menginginkan agama difahami secara subjektif,ia ingin agama itu dihayati bukan hanya dipelajari saja,dan supaya ada dampak bagi pemeluknya agar bisa diaplikasikan dikehidupan sehari-hari,sehingga agama benar-benar melebur dalam dirinya.
2.      Tentang Peran Individual
Kierkegaard juga mengkritik kepada Hegel,yang mana Hegel mengajarkan hilangnya peran individu dalam kehidupan karena adanya Roh Absolut yang menguasai seluruh manusia.Hegel memakanai bahwa yang benar-benar nyata itu adalah yang abstrak,yaitu Roh Absolut yang berada didalam diri manusia,sementara manusia manusia kongkret hanyalah individu individu yang tanpa sadar diri bahwa dirinya digerakan oleh Roh Absolut,dengan kata lain Hegel menyebutkan bahwa manusia kongkret adalah sebagai alat saja bagi Roh Absolut.
Dari ajaran tersebutlah Hegel juga berpandangan bahwa nilai akan semakin tinggi apabila dari kesepakatn kolektif.Pendapat “aku” akan semakin benar, jika diakui oleh “kita”.Maka,kebenaran dalam Hegel berada dalam kerumunan,bukan pada individu.Hal ini akan berdampak pada anggapan bahwa yang paling benar adalah “bangsa”, “ras”, “zaman”, “sejarah”, “roh dunia”,dan bukan “aku” atau “pikiranku sendiri”.[6]
Dengan kata lain dari ajaran Hegel tersebut dapat disimpulkan bahwa yang benar itu adalah yang abstrak bukan yang kongkret.”bangsa’ “roh dunia”,dan “kita” adalah konsep konsep abstrak yang meniadakn “individu-individuu”.Nah dari sinilah Kierkegaard mengkritik terhadap Hegal,menurutnya peran individu-individu dalam sebuah kelompok/kerumunan sangatlah penting,Kierkegaard tidang ingin menghilangkan peran individu-individu kongkret ditengah tengah manusia abstrak.
Menurut Kierkegaard manusia mempunyai kemampuan  dalam mengambil sebuah keputusan secara pribadi dan berkomitmen untuk mempertahankannya. Orang lain tidak merubah sebuah keputusan pribadi yang sudah diambilnya, Orang lain boleh saja protes atau tidak setuju dengan keputusannya tapi keputusan tetap milik pribadinya,orang lain tidak bisa memaksakan kehendaknya,jadi keputusan yang diambil oleh individu itu merdeka atau bebas.
Bila seperti itu,maka dapat disimpulkan bahwa seorang Kierkegaard sangat menghargai peran individu karena menurutnya individu memiliki maratabat yang tinggi, berbeda sengan Hegal yang sangat menghargai peran kolektif atau kelompok,bahkan ia menganggap bahwa peran individu tidak mempunyai martabat sama sekali karena hanya sebagai alat atau tempat bagi Roh Absolut.
Menurut Kierkegaard, jika konsep Hegel itu benar, maka individu-individu akan lari dari tanggung jawab mereka atas tindakan yang telah mereka lakukan, Sebab bisa saja mereka menyerahkan tanggung jawab kepada kelompok mereka. Padahal mereka melakukannya atas dasar pribadi masing-masing, meskipun seolah olah keputusan kelompok.[7]
Karena hal itulah, Kierkegaard menyimpulkan bahwa yang benar-benar bereksistensi adalah individu, bukan kerumunan. Bereksistensi adalah bertindak. Tidak ada yang dapat mengganti eksistensi aku sebagai aku dan atas nama aku.[8] Aku bereksistensi karena aku memiliki kemampuan untuk bertindak bukan digerakan oleh orang diluar diriku.
3.      Tentang Tiga Lompatan Eksistensial
Manusia memilki kebebasan untuk menentukan keputusannya dan sikap unutk berkomitmen terhadap komitmennya. Dalam menjalani kehidupan manusia pasti akan menjalini sebuah peristiwa-peristiwa yang akan mereka jalani yang man dengan itu akan mempengaruhi terhadap manusia itu sendiri dan akan melampaui lompatan-lompatan kehidupan yang akan membuat manusia itu semakinmatang dalam menjalani hidup ini. Ada tiga tahapan dalam lompatan ekisitensial manusia.
Menurut Budi Hardiman tiga tahapan ini dapat disebut pula dengan dialekti eksistensial. Dialektika yang diajarkan Kierkegaard adalah sebagai tandingan terhadap dielektika Hegel yang cenderung sekuler dan meniadakn individu.[9]
a.      Tahap Estetis
Terminologi estetis berasal dari kata Yunani, yang berarti mengindrai, mencecap. Menurut Kierkegaard, pada tahap ini, individu diombang-ambingkan oleh dorongan-dorongan indrawi dan emosi-emosinya. Akibatnya, individu yang berada dalam tahap ini tidak mencapai suatu kesatuan batiniah yang terungkap dalam satu pendirian dan kematangan pribadi. Dengan kata lain, individu masih dihadapkan pada realitas-realitas perasaan yang menyenangkan tanpa memperhitungkan apakah perasaan itu baik atau tidak. Pada tahap ini, individu memiliki keinginan yang besar untuk menikmati seluruh pengalaman emosi dan nafsu. Oleh karena itu, menurut Kierkegaard tidak ada ukuran-ukuran moral yang umum atau keyakinan iman yang ditetapkan untuk membatasi ruang gerak individu. Maka salah satu persoalan yang ditakuti oleh individu pada tahap ini adalah rasa tidak enak dan kebosanan.

Kendatipun tahap ini merupakan tahap rendah dalam eksistensi manusia, namun tahap ini tetap disebut sebagai tahap eksistensial, karena pada tahap ini setiap individu memiliki pilihan bebas atas situasi-situasi yang dia hadapi. Bagaimana memahami pilihan ini, Kierkegaard menampilkan tiga pahlawan estetis dari kebudayaan Barat, yaitu Don Juan seorang tokoh dalam opera Mozart, Faust seorang tokoh ciptaan Goethe, dan Ahasuerus seorang Yahudi yang dalam pengembaraannya tidak percaya kepada Allah maupun manusia. Menurut Kierkegaard, ketiga tokoh ini merupakan perwakilan dari rasa kebosanan dan keputusasaan. Misalnya: Don Juan memiliki rasa kebosanan keputusasaan karena apa yang dia menikmati terus menerus terulang. Demikian pula dengan Faust yang menghadapai berbagai tantangan merasa ragu apakah dia mampu untuk menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Sedangkan Ahasueres menurut Kierkegaard merupakan personifikasi dari keputuasasaan karena ia memiliki realitas hidup yang tidak jelas.

Dari ketiga contoh di atas, Kierkegaard melihat bahwa keputusan merupakan tahap akhir dari sebuah pilihan eksistensi manusia. Artinya, ketika orang berada dalam situasi kebosanan dan keputusasaan, maka orang itu memiliki kebebasan untuk berpindah kepada eksistensi yang baru. Tahap ini disebut sebagai tahap etis.

b.      Tahap Etis
Tahap etis merupakan suatu tahap di mana individu membuat suatu pilihan bebas atau sebuah “lompatan eksistensial.” Lompatan eksistensial mengandaikan bahwa individu mulai secara sadar memperhitungkan atau memilah-milah dan menggunakan kategori yang baik dan yang jahat dalam bertindak. Pada tahap ini individu dapat menguasai dan mengenali dirinya. Pengenalan dan penguasaaan diri menghantar individu untuk menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan ukuran-ukuran moral yang bersifat universal. Dengan demikian, kehidupan seorang individu pada tahap ini ditandai oleh pilihan-pilihan konkrit berdasarkan pertimbangan rasio.
c.       Tahap Religius
Tahap religius merupakan tahap tertinggi dari eksistensial manusia. Dikatakan demikian karena tahap ini tidak lagi menggeluti hal-hal yang konkrit melainkan langsung menembus inti yang paling dalam dari manusia, yaitu pengakuan individu akan Allah sebagai realitas Yang Absolut dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan dari Allah. Pada tahap ini, manusia religius membiarkan diri terkena oleh mata petir rahmat Tuhan dan dengan iman kepercayaan yang besar ia mempertaruhkan seluruh kehidupannya demi Allah. Ia mempertaruhkan seluruh jiwa raganya demi mengikuti jejak Kristus. Tetapi, Kierkegaard melihat bahwa iman kepercayaan Kristiani itu bersifat paradoks kendatipun hidup sebagai kristen merupakan cara yang paling tinggi bagi manusia.




[1] Masykur arif rahman,buku pintar sejarah filsafat barat,yogyakarta,IRCiSoD,h.331
[2] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung, Rosda, 2013,h.219
[3] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung, Rosda, 2013,h.222
[4] Masykur arif rahman,buku pintar sejarah filsafat barat,yogyakarta,IRCiSoD,h.326
[5] Masykur arif rahman,buku pintar sejarah filsafat barat,yogyakarta,IRCiSoD,h.328
[6] Budi Hardiman dalam Masykur arif rahman,buku pintar sejarah filsafat barat,yogyakarta,IRCiSoD,h.329
[7] Masykur arif rahman,buku pintar sejarah filsafat barat,yogyakarta,IRCiSoD,h.330
[8] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung, Rosda, 2013,h.222
[9] Masykur arif rahman,buku pintar sejarah filsafat barat,yogyakarta,IRCiSoD,h.331

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama